

Dari Informasi guide, terdapat 3 pintu utama dan 6 pintu darurat. Pintu utama ada di Taman Panorama (hanya pintu ini yg sekarang digunakan), di samping Istana Bung Hatta dan satunya tembus ke Ngarai Sianok. Dari denah peta yang ada di pelataran Lobang Jepang, dengan keadaan yang ada di dalam Lobang Jepang, nampaknya wisata ini masih sedang dikembangkan. Terlihat, bahwa dalam denah, ada ruang mini teater untuk menampilkan film-film sejarah tentang penjajahan Jepang di Sumatera dan sekitarnya. Namun, di dalam terowongan, masih sedang dalam proses pembangunan.
Ada pula ruangan yang nantinya akan dijadikan Museum Scientific, yang masih dalam proses pengerjaan. Begitu pula dengan ruang cafe untuk istirahat para wisatawan sambil menikmati kebekuan dalam gua. Meski, sampai sekarang ini, masih terjadi perdebatan, apakah akan direalisasikan rencana ruang cafe tersebut, menimbang sirkulasi dan ventilasi udara di dalam gua kurang baik untuk memasak. Masih dikaji, apakah akan menimbulkan risiko dan bahaya pada pengunjung.
Di berbagai sudut dan sisi terowongan, dipasang lampu-lampu untuk menerangi jalan yang gelap di bawah tanah. Pada 100 meter awal, dinding batunya telah dipoles dengan semen saat dipugar dahulu. Namun,,100 meter setelahnya, dinding tidak dipoles semen atau pelapis apapun!?! Ketika tangan kami menyentuh bagian dinding dan menggoresnya dengan sedikit tenaga, pasir-pasir dari dinding nampak berjatuhan. Itulah yang membuat kami cukup ngeri. Apakah keamanan di dalam Lobang Jepang ini telah teruji?? Mengingat daerah Sumatera Barat sering diguncang gempa akhir-akhir ini. Juga tak ada peralatan telekomunikasi di dalam terowongan untuk berhubungan dengan dunia luar/di luar terowongan. Semoga dalam perkembangannya, Lobang Jepang akan terus memperbaiki fasilitas dan keamanan untuk para pengunjung.
0 comments:
Posting Komentar