Senin, 17 Juni 2013

Mengelola Keuangan Scara Bijaksana (^o^)b [Part 2]

Oke, ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya, tentang Mengelola Keuangan Scara Bijaksana (^o^)b hasil report dari kajian kemarin di kampus bersama Pak Ahmad Gozali. Juga ada tambahan info dari saia agar lebih lengkap, karena beliau hanya menjelaskan sepotong2. Untuk bagian kedua ini, saia lebih menekankan pada manajemen tabungan gaji untuk investasi. Mari kita simak lagi, semoga tulisan ini bermanfaat. =)

Bentuk Dana Cadangan
Ya, sangat disarankan (dan harus) setiap keluarga memiliki dana cadangan yang diendapkan. Sebagai jaga-jaga apabila ada keadan force majeur. Menurut banyak financial planner sih idealnya diendapkan sebesar 3x biaya pengeluaran bulanan. Namun keluarga kami, kami dari awal sepakat harus memiliki endapan dana cadangan sebesar 6x biaya pengeluaran bulanan. Semuanya bisa2 saja, tergantung seni keuangan tiap keluarga, namun paling minim 3x biaya bulanan ya.. Sehingga misal ada suatu kejadian, orang tua maupun keluarga sakit/meninggal, pencari nafkah dipecat/keluar kerja, atau wiraswasta yang terkena dampak krisis, dll, kita masih ada cadangan dana untuk membiayai itu semua dan masih ada “harapan hidup” untuk 3 bulan ke depan “tanpa bekerja”.

Mengelola Dana Sebagai Investasi
Setelah kita memiliki dana cadangan yang diendapkan tersebut, dan seiring waktu berjalan, ada tabungan berlebih dari dana cadangan, alangkah lebih baik untuk diinvestasikan. Karena jika hanya ditabung saja di rekening bank, maka tidak akan bisa melindungi nilai uang kita dari pengaruh inflasi.

Saya ilustrasikan dengan pelajaran Mankeu akuntansi ya,hehehe.. *mahasiswa akuntansi sejati neh,wkwkwk :
Tabungan : memberikan bunga 4%
Inflasi di Indonesia, sekitar : 6 – 6,5% *apalagi kan sekarang BBM naik, menjelang puasa, jd inflasi akan lebih tinggi
Nah, berarti, jika uang kita “dianggurkan” di rekening bank, maka uang kita akan tergerus nilainya sebesar: 6,5% - 4% = 2,5% *masih ingat kan pelajaran time value of money, dimana uang sekarang lebih bernilai dibanding uang yang sama di masa mendatang

Misal akhirnya uang tersebut didepositokan, dengan bunga deposito biasanya 6 – 8%, ambil saja angka 8% ya..
Tabungan deposito : 8%
Inflasi : 6,5%
Setidaknya, nilai uang kita di masa depan terlindungi, bahkan ada tambahan return sebeasr 8% - 6,5% yaitu 1,5%

Langkah Memulai Investasi “Pasif”
Ya, yang Pak Ahmad Gozali terangkan disini, hanya sebatas suatu investasi yang tak langsung berhubungan dengan sektor riil, hanya sebatas bermain di deposito, saham, reksadana, dkk.

Tapi yang saya tekankan disini, terserah kita mau investasi sektor riil atau bukan, yang penting harus dipahami bahwa setiap keputusan pasti ada risikonya. Mengutip pelajaran Manajemen Keuangan, tentang  risk return trade off, bahwa high risk-high return dan slow risk-slow return. Jadi ya, bijak dan hati2lah dalam berinvestasi. Kadang orang sudah tergiur akan banyak motivator tentang beli properti gratis, berkebun emas, asuransi unit-link, dll yang hanya melihat dari sisi manisnya, kurang mempelajari dari aspek risikonya. Banyak yang sudah jatuh ke jeratan hutang, stres dan kekecewaan akibat kurang mempelajari lebih mendalam. :’(
**Back to the topic, malah ngalor ngidul sayah ^^,

Tentukan Tujuan Investasi
Yup, investasi bukan semata untuk mendapatkan return of rate, tapi juga harus tahu tujuan yang ingin kita capai dalam berinvestasi, sehingga bisa memilih dan memilah mana investasi yang cocok. Contoh tujuan investasi ialah: untuk dana pendidikan anak, dana pensiun, kepemilikan rumah/kendaraan, rencana waris, ibadah haji, dll. Nah setelah tahu tujuannya, barulah dipertimbangkan, mana saja instrumen investasi yang cocok untuk meencapai tujuan kita.

Sebagai contoh, dana pendidikan anak: anak sekarang umur berapa sih? Misal Almandaffa yang masih berusia < 2 tahun. Rencana investasi untuk membiayai masuk SD kelak. Artinya masih ada waktu sekitar 5 tahun untuk “menabung”, maka ambillah investasi jangka menengah. Investasi jangka menengah, diantaranya: emas, saham, reksadana pendapatan tetap.

Bermacam Jenis Investasi
Nah, setelah tahu tujuan investasi dan perkiraan kapan kebutuhan akan hal tersebut terjadi, selanjutnya kita menentukan mana instrumen yang tepat untuk mewujudkan tujuan kita tersebut. Adapun yang dijelaskan oleh Ahmad Gozali tentang tangga investasi, sebagai berikut:
Jangka panjang (high risk-high return) : reksa dana, saham, forex
Jangka menengah (high risk-high return) : tanah, properti, valas, forex, reksa dana pendapatan tetap
Jangka menengah (low risk-low return) : tabungan berjangka, deposito, emas, sukuk, asuransi investasi
Jangka pendek (low risk-low return) untuk dana cadangan : tabungan, deposito, emas

**kami sendiri memang belum menerapkan sepenuhnya, hanya setuju dengan investasi properti, tanah dan emas, karena ya,.. bagi kami masih ragu dengan investasi berupa reksa dana, forex, saham, deposito, dkk. Ya, silahkan googling sendiri aja ya, investasi tersebut berdasar hukum Islam ^^ ada beberapa poin yang perlu kehati-hatian karena tak murni bersih meski berembel syariah =) Pokoknya pelajari benar semua steps investasinya, dan keputusan kembali ke pribadi masing2.. saia hanya memaparkan.. ^.^

Mengenal Sekejap Asuransi
Akhir-akhir ini kata asuransi sudah tak asing di telinga kita. Banyak orang yang mengulasnya, banyak pula yang menawarkannya, sampai kadang tak enak menolaknya karena yang menawarkan adalah tetangga, sobat, bahkan kerabat. Hehe. Jadi, apa sih asuransi itu? Ya suatu instrumen keuangan, yang menjaga “sesuatu” yang kita asuransikan. Menjaga dalam hal ini, memberikan keringanan biaya jika ada hal yang terjadi pada “sesuatu” yang kita asuransikan tadi. Haha, bingung yak, maklum ini definisi ngayal dari pendapat pribadi, males googling cari tahu :p

Nah “sesuatu” yang diasuransikan, bisa seperti: Jiwa, Kesehatan, Kecelakaan, maupun Harta Benda. Yang perlu digarisbawahi ialah, jangan membeli produk asuransi berdasar emosional, tergiur aneka fasilitas/gambaran investasinya, atau karena tidak enak sama yang nawarin,hehe. Apakah benar, kita membutuhkan atau tidak. Pilihlah asuransi berdasar risiko, dan dari risiko tersebut apakah besar/kecil pengeluarannya.

Misal, saia mudah sakit, punya riwayat keluarga sakit a, b, c. Pernah pula sakit d, e, f. Berarti saia sudah jaga2 untuk mengambil asuransi. Namun, penyakit d, e, f itu ialah: pusing, batuk dan pilek. Apakah urgent? Iya, bolehlah, tapi ambil saja asuransi kesehatan yang biasa, atau jika sudah punya Askes, dirasa sudah cukup.
Contoh lain, misal punya rumah. Rumahnya terletak di dekat Gunung Merapi yang meletus 4 tahun sekali, berpotensi juga terkena gempa, dan jika terjadi kebakaran, mobil pemadam susah masuk komplek karena jalan sempit, dll. Semua yang menjadi risiko tsb, dipertimbangkan masak, untuk mengambil keputusan apakah akan membeli asuransi rumah/tidak.

Satu poin penting, kenalilah asuransimu! Apa2 saja yang akan ditanggung dan tidak ditanggung, dalam kondisi apa, seberapa banyak yang akan diterima, cara mengklaim bagaimana, berapa biaya premi asuransinya, jenis asuransinya: term life, whole life, unit link, cara dan penalty jika ingin berhenti di tengah jalan, dll. Sehingga nanti ketika sudah berjalan, tidak ada kekecewaan atau merasa ditipu oleh pihak asuransi.

Untuk asuransi jenis unit link, perlu diperhatikan :
-  Merupakan asuransi plus investasi.. bukan investasi plus asuransi!! Jadi investasi hanya side feature dari program asuransi
à tak maksimal memberikan return
-  Premi yang dibayar setiap bulan, ada bagian yang hangus. Yaitu selama 2-4 tahun pertama, alokasi dana untuk investasi minim karena dipotong untuk biaya akuisisi polis.
Jadi, jangan kaget, jika mendapat laporan tahunan pada tahun 2-4 dengan nilai investasi yang sangat kecil. Dan ingat, investasi ini juga tergantung pada kondisi pasar dan perekonomian kita, apakah sedang kondisi krisis, normal atau booming.
Jangan kaget pula, jika di tengah jalan ingin berhenti, maka akan mendapat penalti dan bisa jadi uang gosong tak ada yang balik sepeserpun. Jangan kecewa.
- Misal ada yang menawarkan, bayar asuransi hanya selama 10 tahun pertama, selanjutnya gratis. Perlu digarisbawahi, itu bukan murni gratis. Itu diambil dari nilai investasi yang sudah kita tanamkan tersebut, untuk membayar premi setiap bulannya. Dan jika nilai investasi tersebut kurang, ada kemungkinan kita akan dimintai untuk membayar kekurangannya tersebut.

Untuk asuransi pendidikan, perlu diperhatikan :
- Adalah salah kaprah jika di polis, dicantumkan anak mendapatkan fasilitas asuransi jiwa. Itu gak penting!! Itu artinya, jika si anak meninggal, keluarga yang dapat klaim dan santunan asuransi.
Asuransi jiwa akan lebih efektif jika diberikan pada si pemberi nafkah dalam keluarga. Misal Pak A yang mencari nafkah, maka Pak A perlu diasuransi jiwa, karena jika Pak A meninggal, asuransi akan memberikan dana sebagaimana kesepakatan awal untuk keluarga Pak A, agar keluarga tidak kolaps keuangannya untuk sementara waktu.  
-  Asuransi jiwa yang ada tabungannya yang bisa dipakai untuk dana pendidikan, dikeluarkannya disesuaikan berapa tahun dibutuhkan ketika anak akan masuk sekolah/naik kelas/mendaftar sekolah baru.
Nah, perlu diperhatikan, keluarnya dana tersebut, sesuai bulan dimana kita membuka asuransi. Jangan sampai kita berhutang/mengalangi dana terlebih dahulu, akibat pencairannya yang tak sesuai dengan waktu anak sekolah.
Contoh: kita membuka polis pada bulan September, anak berumur 4 tahun, ingin digunakan ketika anak umur 7 tahun, sekitar 3 tahun kemudian. Nah, dana akan keluar pada bulan September tahun ketiga, bukan pada bulan Juli ketika masa2 kenaikan kelas/masuk sekolah. Kalau kondisi seperti itu, maka yang perlu dipertimbangkan: akan mengambil dana di tahun kedua / mengambil dana di tahun ketiga namun pada bulan Juli kita menalangi uang terlebih dahulu.
- return dari asuransi pendidikan hampir setara deposito, sehingga kurang memberikan nilai return yang memuaskan.

Dicukupkan segini saja report saya. Semoga dapat memberi manfaat dan tambahan wawasan =) Setiap keluarga memiliki seni masing2 dalam mengelola keuangan, juga dalam mengambil keputusan. Hanya diharapkan, selalu mengakai rasionalitas dalam berkeputusan, sehingga tak akan kecewa di kemudian hari.

Last but not least, instrumen investasi yang oke ialah melindungi diri, harta dan financial kita dengan bersedekah. Selalu usahakan untuk membiasakan bersedekah, dalam keadaan lapang maupun sempit. Insya Allah, kita selalu diberikan kemudahan dalam hidup maupun terhindarkan dari musibah. “Tameng” yang kedua ialah dana cadangan, sehingga jika terjadi suatu hal secara tiba2, kita masih ada kesiapan untuk menghadapinya, dari segi finansial. Dan perlindungan yang ketiga ialah dengan berinvestasi, baik berupa investasi dana/asuransi. Karena bagaimanapun masa depan kita tak pernah tahu. Dan hidup tak melulu datar, ada cobaan, ada ujian, ada musibah. Semoga kita selalu siap menghadapi semuanya, baik dari segi mental, spiritual maupun finansial ^___^

So,, Lets Planning for Our Life!!! :D

0 comments:

Posting Komentar

.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...