skip to main |
skip to sidebar
Oke, ini adalah
lanjutan dari artikel sebelumnya, tentang Mengelola Keuangan Scara Bijaksana (^o^)b
hasil report dari kajian kemarin di kampus bersama Pak Ahmad Gozali. Juga ada
tambahan info dari saia agar lebih lengkap, karena beliau hanya menjelaskan
sepotong2. Untuk bagian kedua ini, saia lebih menekankan pada manajemen
tabungan gaji untuk investasi. Mari kita simak lagi, semoga tulisan ini
bermanfaat. =)
Bentuk Dana Cadangan
Ya, sangat disarankan (dan harus) setiap keluarga memiliki dana cadangan yang
diendapkan. Sebagai jaga-jaga apabila ada keadan force majeur. Menurut banyak financial
planner sih idealnya diendapkan sebesar 3x biaya pengeluaran bulanan. Namun
keluarga kami, kami dari awal sepakat harus memiliki endapan dana cadangan
sebesar 6x biaya pengeluaran bulanan. Semuanya bisa2 saja, tergantung seni
keuangan tiap keluarga, namun paling minim 3x biaya bulanan ya.. Sehingga misal
ada suatu kejadian, orang tua maupun keluarga sakit/meninggal, pencari nafkah
dipecat/keluar kerja, atau wiraswasta yang terkena dampak krisis, dll, kita
masih ada cadangan dana untuk membiayai itu semua dan masih ada “harapan hidup”
untuk 3 bulan ke depan “tanpa bekerja”.
Mengelola Dana Sebagai Investasi
Setelah kita memiliki dana cadangan yang diendapkan tersebut, dan seiring
waktu berjalan, ada tabungan berlebih dari dana cadangan, alangkah lebih baik
untuk diinvestasikan. Karena jika hanya ditabung saja di rekening bank, maka
tidak akan bisa melindungi nilai uang kita dari pengaruh inflasi.
Saya ilustrasikan
dengan pelajaran Mankeu akuntansi ya,hehehe.. *mahasiswa akuntansi sejati neh,wkwkwk :
Tabungan : memberikan bunga 4%
Inflasi di Indonesia, sekitar : 6 – 6,5% *apalagi kan sekarang BBM naik,
menjelang puasa, jd inflasi akan lebih tinggi
Nah, berarti, jika uang kita “dianggurkan” di rekening bank, maka uang kita
akan tergerus nilainya sebesar: 6,5% - 4% = 2,5% *masih ingat kan pelajaran time value of money, dimana uang
sekarang lebih bernilai dibanding uang yang sama di masa mendatang
Misal akhirnya uang tersebut didepositokan, dengan bunga deposito biasanya 6 –
8%, ambil saja angka 8% ya..
Tabungan deposito : 8%
Inflasi : 6,5%
Setidaknya, nilai uang kita di masa depan terlindungi, bahkan ada tambahan return sebeasr 8% - 6,5% yaitu 1,5%
Langkah Memulai Investasi “Pasif”
Ya, yang Pak Ahmad Gozali terangkan disini, hanya sebatas suatu investasi
yang tak langsung berhubungan dengan sektor riil, hanya sebatas bermain di
deposito, saham, reksadana, dkk.
Tapi yang saya
tekankan disini, terserah kita mau investasi sektor riil atau bukan, yang
penting harus dipahami bahwa setiap keputusan pasti ada risikonya. Mengutip
pelajaran Manajemen Keuangan, tentang risk return trade off, bahwa high risk-high return dan slow risk-slow return. Jadi ya, bijak
dan hati2lah dalam berinvestasi. Kadang orang sudah tergiur akan banyak
motivator tentang beli properti gratis, berkebun emas, asuransi unit-link, dll
yang hanya melihat dari sisi manisnya, kurang mempelajari dari aspek risikonya.
Banyak yang sudah jatuh ke jeratan hutang, stres dan kekecewaan akibat kurang
mempelajari lebih mendalam. :’(
**Back to the topic, malah ngalor
ngidul sayah ^^,
Tentukan Tujuan Investasi
Yup, investasi bukan semata untuk mendapatkan return of rate, tapi juga
harus tahu tujuan yang ingin kita capai dalam berinvestasi, sehingga bisa
memilih dan memilah mana investasi yang cocok. Contoh tujuan investasi ialah:
untuk dana pendidikan anak, dana pensiun, kepemilikan rumah/kendaraan, rencana
waris, ibadah haji, dll. Nah setelah tahu tujuannya, barulah dipertimbangkan,
mana saja instrumen investasi yang cocok untuk meencapai tujuan kita.
Sebagai contoh, dana
pendidikan anak: anak sekarang umur berapa sih? Misal Almandaffa yang masih
berusia < 2 tahun. Rencana investasi untuk membiayai masuk SD kelak. Artinya
masih ada waktu sekitar 5 tahun untuk “menabung”, maka ambillah investasi
jangka menengah. Investasi jangka menengah, diantaranya: emas, saham, reksadana
pendapatan tetap.
Bermacam Jenis Investasi
Nah, setelah tahu tujuan investasi dan perkiraan kapan kebutuhan akan hal
tersebut terjadi, selanjutnya kita menentukan mana instrumen yang tepat untuk
mewujudkan tujuan kita tersebut. Adapun yang dijelaskan oleh Ahmad Gozali
tentang tangga investasi, sebagai berikut:
Jangka panjang (high risk-high return)
: reksa dana, saham, forex
Jangka menengah (high risk-high return)
: tanah, properti, valas, forex, reksa dana pendapatan tetap
Jangka menengah (low risk-low return)
: tabungan berjangka, deposito, emas, sukuk, asuransi investasi
Jangka pendek (low risk-low return) untuk
dana cadangan : tabungan, deposito, emas
**kami sendiri memang
belum menerapkan sepenuhnya, hanya setuju dengan investasi properti, tanah dan
emas, karena ya,.. bagi kami masih ragu dengan investasi berupa reksa dana, forex,
saham, deposito, dkk. Ya, silahkan googling
sendiri aja ya, investasi tersebut berdasar hukum Islam ^^ ada beberapa poin
yang perlu kehati-hatian karena tak murni bersih
meski berembel syariah =) Pokoknya pelajari benar semua steps investasinya, dan
keputusan kembali ke pribadi masing2.. saia hanya memaparkan.. ^.^
Mengenal Sekejap Asuransi
Akhir-akhir ini kata asuransi sudah tak asing di telinga kita. Banyak orang
yang mengulasnya, banyak pula yang menawarkannya, sampai kadang tak enak
menolaknya karena yang menawarkan adalah tetangga, sobat, bahkan kerabat. Hehe.
Jadi, apa sih asuransi itu? Ya suatu instrumen keuangan, yang menjaga “sesuatu”
yang kita asuransikan. Menjaga dalam hal ini, memberikan keringanan biaya jika
ada hal yang terjadi pada “sesuatu” yang kita asuransikan tadi. Haha, bingung
yak, maklum ini definisi ngayal dari pendapat pribadi, males googling cari tahu :p
Nah “sesuatu” yang
diasuransikan, bisa seperti: Jiwa, Kesehatan, Kecelakaan, maupun Harta Benda.
Yang perlu digarisbawahi ialah, jangan membeli
produk asuransi berdasar emosional, tergiur aneka fasilitas/gambaran investasinya,
atau karena tidak enak sama yang nawarin,hehe. Apakah benar, kita membutuhkan
atau tidak. Pilihlah asuransi berdasar risiko, dan dari risiko tersebut apakah
besar/kecil pengeluarannya.
Misal, saia mudah sakit, punya riwayat keluarga sakit a, b, c. Pernah pula
sakit d, e, f. Berarti saia sudah jaga2 untuk mengambil asuransi. Namun,
penyakit d, e, f itu ialah: pusing, batuk dan pilek. Apakah urgent? Iya,
bolehlah, tapi ambil saja asuransi kesehatan yang biasa, atau jika sudah punya
Askes, dirasa sudah cukup.
Contoh lain, misal punya rumah. Rumahnya terletak di dekat Gunung Merapi yang
meletus 4 tahun sekali, berpotensi juga terkena gempa, dan jika terjadi
kebakaran, mobil pemadam susah masuk komplek karena jalan sempit, dll. Semua yang
menjadi risiko tsb, dipertimbangkan masak, untuk mengambil keputusan apakah
akan membeli asuransi rumah/tidak.
Satu poin penting, kenalilah asuransimu! Apa2 saja yang akan ditanggung
dan tidak ditanggung, dalam kondisi apa, seberapa banyak yang akan diterima,
cara mengklaim bagaimana, berapa biaya premi asuransinya, jenis asuransinya: term life, whole life, unit link, cara
dan penalty jika ingin berhenti di
tengah jalan, dll. Sehingga nanti ketika sudah berjalan, tidak ada kekecewaan
atau merasa ditipu oleh pihak asuransi.
Untuk asuransi
jenis unit link, perlu diperhatikan :
- Merupakan asuransi plus investasi..
bukan investasi plus asuransi!! Jadi investasi hanya side feature dari program asuransi à tak maksimal memberikan return
- Premi yang dibayar setiap bulan, ada
bagian yang hangus. Yaitu selama 2-4 tahun pertama, alokasi dana untuk
investasi minim karena dipotong untuk biaya akuisisi polis.
Jadi, jangan kaget, jika mendapat laporan tahunan pada tahun 2-4 dengan nilai
investasi yang sangat kecil. Dan ingat, investasi ini juga tergantung pada
kondisi pasar dan perekonomian kita, apakah sedang kondisi krisis, normal atau booming.
Jangan kaget pula, jika di tengah jalan ingin berhenti, maka akan mendapat
penalti dan bisa jadi uang gosong tak ada yang balik sepeserpun. Jangan kecewa.
- Misal ada yang menawarkan, bayar asuransi hanya selama 10 tahun pertama,
selanjutnya gratis. Perlu digarisbawahi, itu bukan murni gratis. Itu diambil
dari nilai investasi yang sudah kita tanamkan tersebut, untuk membayar premi
setiap bulannya. Dan jika nilai investasi tersebut kurang, ada kemungkinan kita
akan dimintai untuk membayar kekurangannya tersebut.
Untuk asuransi
pendidikan, perlu diperhatikan :
- Adalah salah kaprah jika di polis, dicantumkan anak mendapatkan fasilitas
asuransi jiwa. Itu gak penting!! Itu artinya, jika si anak meninggal, keluarga
yang dapat klaim dan santunan asuransi.
Asuransi jiwa akan lebih efektif jika diberikan
pada si pemberi nafkah dalam keluarga. Misal Pak A yang mencari nafkah,
maka Pak A perlu diasuransi jiwa, karena jika Pak A meninggal, asuransi akan
memberikan dana sebagaimana kesepakatan awal untuk keluarga Pak A, agar
keluarga tidak kolaps keuangannya untuk sementara waktu.
- Asuransi jiwa yang ada tabungannya
yang bisa dipakai untuk dana pendidikan, dikeluarkannya disesuaikan berapa
tahun dibutuhkan ketika anak akan masuk sekolah/naik kelas/mendaftar sekolah
baru.
Nah, perlu diperhatikan, keluarnya dana tersebut, sesuai bulan dimana kita
membuka asuransi. Jangan sampai kita berhutang/mengalangi dana terlebih dahulu,
akibat pencairannya yang tak sesuai dengan waktu anak sekolah.
Contoh: kita membuka polis pada bulan September, anak berumur 4 tahun, ingin
digunakan ketika anak umur 7 tahun, sekitar 3 tahun kemudian. Nah, dana akan
keluar pada bulan September tahun ketiga, bukan pada bulan Juli ketika masa2
kenaikan kelas/masuk sekolah. Kalau kondisi seperti itu, maka yang perlu
dipertimbangkan: akan mengambil dana di tahun kedua / mengambil dana di tahun
ketiga namun pada bulan Juli kita menalangi uang terlebih dahulu.
- return dari asuransi pendidikan hampir
setara deposito, sehingga kurang memberikan nilai return yang memuaskan.
Dicukupkan segini
saja report saya. Semoga dapat
memberi manfaat dan tambahan wawasan =) Setiap keluarga memiliki seni masing2
dalam mengelola keuangan, juga dalam mengambil keputusan. Hanya diharapkan,
selalu mengakai rasionalitas dalam berkeputusan, sehingga tak akan kecewa di
kemudian hari.
Last but not least, instrumen investasi
yang oke ialah melindungi diri, harta dan financial kita dengan bersedekah. Selalu
usahakan untuk membiasakan
bersedekah, dalam keadaan lapang maupun sempit. Insya Allah, kita selalu diberikan
kemudahan dalam hidup maupun terhindarkan dari musibah. “Tameng” yang kedua
ialah dana cadangan, sehingga jika terjadi suatu hal secara tiba2, kita masih
ada kesiapan untuk menghadapinya, dari segi finansial. Dan perlindungan yang
ketiga ialah dengan berinvestasi, baik berupa investasi dana/asuransi. Karena bagaimanapun
masa depan kita tak pernah tahu. Dan hidup tak melulu datar, ada cobaan, ada
ujian, ada musibah. Semoga kita selalu siap menghadapi semuanya, baik dari segi
mental, spiritual maupun finansial ^___^
So,,
Lets Planning for Our Life!!! :D
0 comments:
Posting Komentar