Sabtu, 29 November 2014

Barang Publik : Karakteristik dan Tantangan dalam Penyediaannya

Abstrak – Negara selalu melakukan pembangunan nasional diantaranya penyediaan infrastruktur yang sebagian besar merupakan barang publik. Umumnya, barang publik ini memang harus disediakan oleh pemerintah. Barang ini dikonsumsi secara kolektif oleh seluruh masyarakatnya. Hal ini dilakukan oleh pemerintah karena pada umumnya swasta enggan terlibat dalam penyediaan tersebut. Suatu barang dikategorikan barang publik jika memiliki karakteristik non-rival in consumption dan non-excludable (atau non-eksklusif). Penyediaan barang publik oleh negara memiliki tantangan sendiri untuk menyediakan barang/jasa yang mampu bersaing dan berkualitas. Beberapa tantangan yang dihadapi ialah pasar kesulitan mengalokasikan sumber daya untuk memproduksi barang publik karena memiliki sifat non-rival in consumption dan non-eksklusif. 

Akan tetapi, bukan selamanya barang publik harus disediakan oleh pemerintah. Karena penggunaannya yang untuk publik, maka pada hakikatnya, publiklah yang juga harus menyediakannya. Sektor swasta biasanya kemudian mengembangkan cara-caranya sendiri untuk membangun sektor publik dan  mengatasi efek eksternalitas dan free rider yang dapat menimbulkan inefisiensi tersebut. Namun demikian, untuk barang/jasa publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan termasuk barang publik murni, harus sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah untuk menghindari adanya monopoli dalam pasar dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyatnya.

Kata Kunci: Berang publik, teori, manajemen keuangan publik

1.    PENDAHULUAN
Dalam suatu negara, setiap pemerintahannya selalu melakukan pembangunan nasional menggunakan dana yang sebagian besar dihimpun melalui pajak. Pembangunan tersebut mencakup penyediaan fasilitas umum, penyediaan barang/jasa dalam rangka menciptakan sistem hukum, peningkatan kesejaheraan masyarakat maupun dalam mempertahankan keamanan negaranya. Seluruh warga negaranya, baik yang membayar pajak maupun tidak, akan merasakan manfaat atas berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. 

Beberapa penyediaan barang dari program pembangunan tersebut tergolong barang publik. Umumnya, barang publik ini memang harus disediakan oleh pemerintah. Barang ini dikonsumsi secara kolektif oleh seluruh masyarakatnya. Hal ini dilakukan oleh pemerintah karena pada umumnya swasta enggan terlibat dalam penyediaan tersebut.


2.     LANDASAN TEORI
2.1   Metode Penelitian
Kajian untuk paper Seminar Keuangan Publik yang mengambil tema barang publik ini dilakukan melalui metode observasi kepustakaan dan pencarian data melalui internet.

2.2  Pengertian Barang Publik
Kata publik berasal dari istilah latin yaitu dari kata “publicus” yang berarti dewasa, dalam artian menyampaikan gagasan berkaitan dengan masyarakat. Sedangkan dalam bahasa inggris, kata “public” memiliki arti dimiliki dan digunakan oleh bangsa, negara atau masyarakat umum. Adapun definisi secara umum, barang publik ialah barang dan layanan yang diberikan oleh sektor publik, dalam hal ini pemerintah. Namun definisi ini belum sepenuhnya benar, karena tidak semua barang yang disediakan oleh sektor publik memiliki sivat non-rival in consumption dan non-eksklusif, dimana dua hal tersebut merupakan karakteristik khusus barang publik.[1]

Non-rival in consumption memiliki arti bahwa penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Sedangkan non-eksklusif ialah siapapun dapat mengakses manfaat dari barang publik tersebut tanpa terkecuali.

Adapun jenis barang lainnya ialah : barang privat (milik pribadi), common goods (rival in consumption tetapi tidak non-eksklusif, yaitu sumber daya milik bersama, contohnya lingkungan, ikan yang ada di laut), dan toll goods (barang yang eksklusif namun tidak memiliki rival in consumption, seperti tv kabel dan jalan tol.)[1]

Adapula yang dinamakan barang publik murni, yang sebagian besar barang merupakan barang/jasa yang tidak ada persaingan dalam konsumsi dan yang eksklusif mustahil.  (Stiglitz, 2000:128) Contoh dari barang publik murni ialah udara dan matahari.

3.    PEMBAHASAN
3.1   Prinsip Eksternalitas
Dalam dunia nyata, beberapa barang tidak benar-benar memiliki banyak pesaing ataupun tanpa pesaing. Mayoritas barang berada di tengah-tengah diantara keduanya. Selalu ada tambahan biaya untuk memberikan tambahan pelayanan baik pelayananan barang tanpa pesaing (misal pertahanan keamanan) maupun barang yang memiliki banyak pesaing. Akhirnya diambillah jalan tengah yang timbul karena eksternalitas. Eksternalitas muncul ketika tindakan satu orang membebankan biaya atau memberikan manfaat pada orang lain. Eksternalitas positif terjadi ketika tindakan seseorang memberikan manfaat pada orang lain, sedangkan eksternalitas negatif terjadi ketika tindakan satu orang membebankan biaya pada orang lain.    

3.2  Penyebab Swasta Gagal Menyediakan Barang Publik
Dilihat dari sifatnya yang non-excludable, yaitu apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut, sektor swasta pastinya akan menyerahkan pada pihak lain untuk mengadakan barang publik karena terlalu tidak efisien bagi mereka. Antara biaya dengan keuntungan yang akan didapatkan tidak bisa (atau cukup lama) untuk menghasilkan laba. 

Hal ini kemudian menimbulkan penafsiran bahwa barang publik adalah barang yang harus disediakan oleh pemerintah. Pernyataan ini tidak selamanya benar. Karena penggunaannya yang untuk publik, maka pada hakikatnya, publiklah yang juga harus menyediakannya. Sektor swasta biasanya kemudian mengembangkan cara-caranya sendiri untuk membangun sektor publik dan  mengatasi efek eksternalitas dan free rider yang dapat menimbulkan inefisiensi tersebut. Contohnya sistem jalan toll, sehingga hanya mereka yang membayar yang dapat menggunakan jalan tersebut.[2]

3.3  Barang Publik Murni dan Penghambatnya
Ada beberapa barang yang tidak bersifat konsumsi bersama. Sebagai contoh, dua orang tidak dapat mengkonsumsi roti secara bersama-sama. Manfaat dan kepuasan memakan roti tidak tersedia bagi kedua orang tersebut. Ketika mengkonsumsi barang yang tidak dapat dikomsumsi oleh orang lain, komsumsi dua orang tersebut dapat disebut sebagai rival. Non-eksklusifitas terjadi ketika anda tidak membayar penjual roti, maka anda tidak dapat mengkonsumsi roti tersebut.

Akibat dari contoh kasus di atas, maka dapat timbul beberapa masalah, diantaranya:
a.   pemanfaatan barang publik cenderung berlebihan
b.   barang publik tidak memiliki harga. Hal ini disebabkan antara lain sulitnya menentukan standar harga maupun karena barang publik yang tidak diperdagangkan.
c.   Tidak adanya keuntungan membuat orang-orang tidak mau (kalaupun ada sangat sedikit jumlahnya) untuk menyediakannya ataupun melestarikannya. Oleh karenanya pemerintah berperan dengan menarik pajak dari masyarakat dan dana tersebut digunakan untuk menyediakan barang publik.
d.   Utilitas yang diperoleh setiap rumah tangga dari barang publik murni adalah fungsi peningkatan tingkat persediaan dan fungsi penurunan penggunaannya.

Selain itu akan ada permasalahan lain, yaitu adanya free riders dalam pemanfaatan barang publik. Free Riders  ialah mereka yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu, sementara sebenarnya ada pihak lain yang berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut. Contohnya adalah mereka yang tidak membayar pajak tadi, tapi ikut menikmati barang/jasa yang diadakan atas biaya pajak. Aatau ketika sebuah jembatan dibangun dengan kerja bakti. Free rider ialah mereka yang tidak ikut kerja bakti, tetapi kemudian ikut menggunakan jalan desa tersebut.

3.4  Efisiensi Pareto
Efisiensi Pareto terjadi situasi ketika suatu perangkat barang dan jasa tertentu dibagi diantara konsumen dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak seorangpun dapat dibuat lebih baik (lebih sejahtera) tanpa menyebabkan ada yang menjadi lebih buruk (membuat orang lain dirugikan). 

Terdapat tiga aspek dari Efisiensi Pareto ini. Pertama, efisien dalam pertukaran. Kedua, efisien dalam produksi. Ketiga, efisiensi dalam keseluruhan (overall/mix efficiency). Efisiensi dalam pertukaran adalah suatu pengalokasian sejumlah barang yang tertentu jumlahnya dalam suatu ekonomi pertukaran disebut (pareto) efisien jika, melalui realokasi barang-barang, tidak seorang individupun dapat memperoleh kesejahteraan tanpa mengurangi kesejahteraan individu lainnya. Efisiensi dalam produksi terjadi apabila dalam suatu masyarakat dengan dalam mengalokasikan sumber-sumber produksi jika tidak ada suatu barang yang dapat diproduksi tanpa keharusan mengu-rangi produksi barang lainnya. Efisiensi keseluruhan dalam suatu ekonomi adalah jika tidak seorangpun yang dapat ditingkatkan kesejahteraannya dengan tanpa membuat kesejahteraan yang lainnya berkurang. [3]

3.5  Tantangan Penyediaan Barang Publik
Meskipun barang publik diperlukan dalam ekonomi pasar,  penyediaan barang-barang publik menyajikan tantangan yang sulit  untuk masuk ke pasar tersebut. Pasar sangat efisien dalam memproduksi  barang pribadi karena barang tersebut keduanya rival in consumption  dan dikecualikan, sehingga pasar akan mengalami kesulitan untuk mengalokasikan  sumber daya untuk produksi barang publik yang tak memiliki rival dan non-excludable.

Dengan adanya rivalitas memungkinkan produsen untuk secara akurat menghitung efisiensi dan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk produk mereka dan memungkinkan produsen untuk mendapatkan bayaran untuk barang mereka. Dengan adanya rivalitas pula, membuat setiap individu dapat memilih untuk mengkonsumsi barang yang sesuai dengan seleranya masing-masing. Berbeda dengan barang publik, yang jarang sekali ada pesaing, sehingga mau tidak mau pelanggan harus memakai barang/jasa tersebut walaupun mereka kurang puas terhadap barang/jasa yang diberikan.[1]

Sedangkan excludable, akan dapat menghilangkan kesempatan bagi pelanggan untuk menggunakan barang tanpa membayar. Berbeda dengan barang publik, yang menyediakan barang kepada siapa saja secara percuma dan tak jarang menimbulkan free riders dalam pemanfaatannya. Dengan adanya pasar, terjadi transaksi permintaan dan penawaran sehingga suatu ketika juga dapat terjadi efisiensi pareto dan mencegah adanya pasokan yang oversupply maupun undersupply (konsep harga menurut pasar).[1]

4.     KESIMPULAN
Penyediaan barang publik oleh negara memiliki tantangan sendiri untuk menyediakan barang/jasa yang mampu bersaing dan berkualitas. Bberapa tantangan yang dihadapi ialah pasar kesulitan mengalokasikan sumber daya untuk memproduksi barang publik karena memiliki sifat non-rival in consumption dan non-eksklusif. 

Akan tetapi, bukan selamanya barang publik harus disediakan oleh pemerintah. Karena penggunaannya yang untuk publik, maka pada hakikatnya, publiklah yang juga harus menyediakannya. Sektor swasta biasanya kemudian mengembangkan cara-caranya sendiri untuk membangun sektor publik dan  mengatasi efek eksternalitas dan free rider yang dapat menimbulkan inefisiensi tersebut. Contohnya ialah sistem jalan toll yang  hanya mereka yang membayar yang dapat menggunakan jalan tersebut.

Namun demikian, untuk barang/jasa publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan termasuk barang publik murni, harus sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah untuk menghindari adanya monopoli dalam pasar dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyatnya.


REFERENSI
[1]   Trogen, Paul C. Handbook of Public Sector Economics. Michigan : Grand Valley State University Grand Rapids, 2004
[2]   Prasetya, Ferry SE., M.App Ec Modul Ekonomi Publik. Malang : Universitas Brawijaya, 2012
[3]  -- . Ekonomi Publik. http://gioandi.wordpress.com/ekonomi-publik/ diakses pada tanggal 7 November 2013.

0 comments:

Posting Komentar

.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...