>> Pemandangan Gunung Merbabu dilihat dari Pasar Bubrah-Merapi << |
Bulan November lalu, media massa banyak menyorot tentang erupsi Gunung Merapi yang sangat dahsyat hingga menewaskan ratusan orang. Bahkan, sosok yang dikenal masyarakat sebagai juru kunci Merapi, Mbah Maridjan, juga termasuk dalam deretan nama korban tersebut.
Sungguh di luar dugaan, bahwa kami pernah menyambangi, mendaki Gunung Merapi. Kala itu 28-29 September 2010, kami mendaki melalui jalur Selo, Boyolali. Entah bagaimana kondisi jalur itu sekarang, apakah masih dapat dilewati atau tidak. Tapi tak ada salahnya jika kami bercerita pendakian kami kala itu ^.^
-Sekilas Info Gunung Merapi-
Gunung Merapi (2.968 mdpl) merupakan salah satu gunung api yang mempunyai daya rusak yang tinggi dan paling aktif diantara 75 gunung api di Indonesia serta merupakan gunung terganas di dunia. >.< Salah satu ciri khas dari Gunung Merapi adalah pada saat terjadi letusan menghasilkan awan Wedus Gembel (karena bentuknya berupa gumpalan awan panas berbentuk keriting mirip kambing jawa). Awan panas ini mempunyai suhu sekitar 1.000°C. Weww.. Ciri khas lainnya ialah pembentukan kubah lava yang bisa mencapai ratusan meter kubik perhari, yang –katanya- terbesar jumlahnya sepanjang sejarah terjadinya letusan gunung berapi di dunia.
-Pendakian Melalui Jalur Selo-
Kami berdelapan [aNa, aNNas, Diaz, Coti, Gembes, Jupret, Yella, dan Aziz] menyiapkan logistik dan keperluan di rumah Uka, Magelang. Untuk mencapai Desa Selo, kami dibantu Bp. Jauhari (bapaknya Uka) menggunakan pick-up. Buat info aja, kalo mau naik kendaraan umum, dari Yogyakarta kita naik bus ke Magelang, turun di Blabak, dilanjutkan naik minibus ke jurusan Selo. Note: pukul 17.00 WIB kendaraan dari Blabak ke Selo jarang beroperasi. Sebenarnya Selo lebih mudah dicapai dari arah Solo-Boyolali, karena dari Boyolali, ada angkutan yang langsung menuju Selo.
Kami berencana mendaki tengah malam, untuk mengejar sunrise. Akhirnya, setelah sampai Desa Selo (1.560 m.dpl), kami menginap di rumah Pak Nardi (teman Bp. Jauhari) untuk istirahat. Desa Selo merupakan gerbang pendakian utama dan terletak di tengah Gunung Merapi dan Merbabu.
Tengah malam, kami bersiap dan mulai mendaki sekitar pukul 01:00. Hawa dingin yang menyergap membuat aNa agak masuk angin saat mendaki [maklum, baru kali ini mendaki pas tengah malam^^,]
Berfoto Di Pasar Bubrah ^.^ |
Untunglah teman2 pengertian,haha..menyesuaikan lajunya dengan kemampuan aNa. Start dari New Selo, kami memulai perjalanan. Perjalanan malam hari sungguh indah. Kerlip lampu jalanan dan rumah, tampak seperti bintang berkilauan. Tak terasa kami sudah sampai
Perjalanan dilanjutkan menuju Pos II yaitu Selokopo Bawah (2.040 mdpl) dan Selokopo Atas (2.283 mdpl) dengan track jalan tanah berbatu yang sempit. Karena perjalanan malam, pandangan mata kami agak ‘sempit’ jadi kami juga kurang tahu, sampai pos II Selokopo dimana,hahaa… Akhirnya, sekitar pukul 05:00 atau sunset, kami sampai di bukit atas dekat Pasar Bubrah. Berfotolah kami disana, sambil sarapan pagi, menikmati indahnya pemandangan. Tak lama, perjalanan dilanjutkan menuju Pasar Bubrah (2.450 m.dpl) atau pasar setan,hehee.
Dari Pasar Bubrah, perjalanan diteruskan selama 2 jam melalui jalan yang sangat menanjak dan berbahaya, berupa bongkahan-bongkahan batu besar, menuju ke Puncak Garuda (2.911 m.dpl). Pemandangan di atas sangat menakjubkan sekaligus mengerikan >.< Saya sempat agak keder dan keletihan, sehingga hanya sampai sekitar kawah mati. Dari sana terdengar gemuruh kawah dan nampak asap yang muncul diantara bebatuan, berbau belerang menyengat.
[Lihat foto di bawah foto pasar bubrah: Dari foto pasar bubrah,nampak bukit "kecil" sebagai latar belakang..namun setelah kita dekati dan daki,,ternyata guedeee..hahaa.. lihat kotak putih itu,,itu teman kami,,yang jika disandingkan dengan bukit "kecil" tersebut, tak ada apa2nya.. Trek berupa bebatuan besar kecil yang mudah rapuh kalo ga menapak dg benar.. Saya sempat takut dan terseok-seok mendaki bukit tersebut.]
Pemandangan dari atas..Hampir puncak.. ;p |
Dari puncak ini pula, kita bisa saksikan kota-kota di kaki-kaki gunung seperti Yogyakarta, Boyolali dan Magelang. Bahkan Lautan Hindia di kaki langit juga nampak di batas cakrawala. Bagus dehhh... =)
Perjalanan turun, kami lebih santai. Dan seperti biasa, kaki aNa mulai trouble lagi, yaitu sakit snut2 di tempurung lutut kanan, sehingga menghambat perjalanan. T.T Entah, sejak naik Gunung Kencana, kaki kanan ini selalu sakit terutama ketika turun. Ahh,,apapun itu,,semoga baik-baik aja. Hehee.. Akhirnya sampai di New Selo, sekitar pukul 5 sore. Dan kami sudah dinanti Bp. Jauhari, untuk kembali ke kota magelang. =) Pengalaman yang tak terlupakan deh… ^^
[ Keterangan gambar ]
Jadi,,ketika pendakian terakhir melewati bebatuan-bebatuan besar tersebut, terasa sangat bau belerangnya.plus ada beberapa area, yang bebatuannya mengeluarkan asap, dan cukup panas jika kita sentuh. >> Liat di foto dehh.. Sempet seram juga. >.< ni aja gunungnya sedang tidak aktif,,gimana kalo aktif yah.. ^.^
0 comments:
Posting Komentar