Abstrak – Finlandia dinobatkan sebagai negara yang hampir nihil dari
korupsi. Padahal, negara ini tidak memiliki lembaga antikorupsi sebagaimana
negara lainnya. Hal ini tidak lepas dari etika dan budaya masyarakatnya, yaitu
menjunjung tinggi kejujuran dan sikap sederhana. Selain itu peran pemerintah
yang netral dan adil dengan memiliki pegawai berintegritas turut menjadi segi
positif membangun budaya antikorupsi. Ditambah adanya pemerataan pendapatan,
kualitas pendidikan yang sangat baik, tingkat kesejahteraan yang tinggi
masyarakatnya membuuat disparitas ekonomi sangat rendah dan menciptakan
masyarakat yang humanis, religius dan menjauhi korupsi.
Kata Kunci: pencegahan, praktik korupsi, finlandia
1.
PENDAHULUAN
Finlandia dinobatkan sebagai salah satu
negara yang hampir nihil dari korupsi. Dalam survei Indeks Prestasi Korupsi pun, Finlandia selalu
menempatkan diri sebagai tiga besar negara terbaik dalam melawan korupsi. Hal ini tak lepas dari budaya masyarakat
Finlandia yang sederhana, memiliki budaya jujur, malu berbohong serta memiliki pendidikan
terbaik sedunia.
Bahkan salah seorang Perdana Menterinya,
Anneli Jattenmaki pada Juni 2003 pernah mengundurkan diri dari jabatannya
karena dia berbohong. Ia mindur setelah berbohong kepada parlemen dan rakyatnya
mengenai kebocoran informasi politik saat dia berkampanye. “Kalau kepercayaan
hilang, berarti posisi juga hilang. Saya telah kehilangan kepercayaan itu. Dan
jelas, waktu saya sebagai perdana menteri telah berlalu,” ujarnya ketika
menyampaikan pengunduran dirinya. Sungguh suatu kejujuran yang perlu kita
contoh.[1]
2.
LANDASAN TEORI
2.1 Metode Penelitian
Kajian untuk paper praktik pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Finlandia ini dilakukan melalui metode observasi kepustakaan dan pencarian data
melalui internet.
2.2 Sejarah Korupsi Finlandia
Finlandia
merupakan negara yang pernah dijajah oleh Rusia pada abad ke-18. Saat itu
kondisi masyarakat di sana miskin, tidak berpendidikan, tergantung pada sektor
pertanian serta memiliki iklim yang dingin
secara ekstrim karena wilayah geografisnya yang mendekati kutub utara. Akan tetap,
setelah meraih kemerdekaan dan membentuk negara yang demokratis, Finlandia
mampu menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat, menjunjung tinggi nilai
kejujuran serta perilaku masyaraktnya yang bersikap sederhana yang membuat
negara tersebut maju. Hingga
kini, Finlandia terkenal dengan kualitas pendidikan nomor satu sedunia,
peringkat 5 besar negara terbersih, memiliki industri terdepan terutama dalam
perangkat telekomunikasi dan dunia otomotif.
Salah Satu Panorama Kota di Pinggir Finlandia |
3.
PEMBAHASAN
3.1 Budaya AntiKorupsi di Finlandia
Di Finlandia kasus korupsi tidak selalu melibatkan nilai uang yang
berujung pada dipidananya pelaku korupsi. Kasus seperti menunda pengumuman
penting yang wajib diketahui masyarakat, merendahkan prinsip kesamaan hak,
membuat putusan dengan pertimbangan yang tidak tepat dan bersikap
diskriminatif, juga dapat dikategorikan sebagai tindakan pejabat publik yang
terkait dengan korupsi. Adapun salah satu kasus yang menggemparkan ialah mundurnya
seorang perdana menteri yang baru menjabat 69 hari karena ia berbohong ketika
berkampanye. Budaya jujur merupakan akhlak yang dijunjung di sini.
Selain itu,
dengan baiknya sistem pendidikan, standar hidup yang tinggi, disparitas
pendapatan yang rendah serta kesejahteraan yang baik mampu meminimalisir
warganya dari tindakan korupsi. Meskipun
masyarakatnya dikenai pajak
yang besar namun diimbangi dengan pemberian layanan sosial, kesehatan dan
pendidikan yang berkualitas bagi warganya.
Budaya
kental yang lainnya ialah semangat hidup sederhana. Bahkan memiliki satu mobil
dirasa sangat berlebih, mengingat sarana transportasi di Finlandia sangat baik.
Masyarakatpun sangat religius. Meskipun salju tebal selalu menyelimuti, rumah
ibadah terus sesak dipenuhi oleh masyarakat yang ingin beribadah. Spirit hidup
sederhana tersebut, memberikan makna tersendiri bagi perilaku masyarakat untuk
antikorupsi.
3.2 Komitmen AntiKorupsi Pemerintah
Finlandia
Di Finlandia,
jangankan korupsi, berbohong saja sudah tidak disukai rakyat. Jika terdapat
pegawai pemerintah yang tertangkap memberikan atau menerima suap, hal itu akan
menimbulkan aib sosial yang sangat kuat. Integritas pegawai pemerintah dalam
bekerja menjadi bagian penting dalam mencegah korupsi. Integritas yang tinggi
membuat pegawai pemerintah di Finlandia menjunjung tinggi reputasi. Hancurnya
reputasi akibat perbuatan tercela biasanya berakhir dengan keluarnya pegawai
tersebut dari pekerjaan sebagai pegawai pemerintah terutama karena dorongan rasa
malu.
Sistem
perekrutan pegawai pemerintahan yang baik dan tidak pernah ada kepentingan
politik untuk memasukkan saudara/relasinya untuk menjadi pegawai pemerintahan. Akhirnya
rakyatpun memberikan kepercayaan kepada pemerintah untuk bertindak adil dan
objektif. Ditambah dengan adanya undang-undang yang menekankan penjabat publik
untuk adil dalam melaksanakan tugasnya.
Terdapat dua undang-undang yang
mengatur masalah korupsi di Finlandia yaitu UU Prosedur Administrasi dan UU
Hukum Pidana. UU Prosedur Administrasi ditekankan untuk memajukan perilaku
yang baik dalam organisasi publik. Prinsip-prinsip yang melandasinya antara
lain, menekankan pejabat untuk bertindak adil dan melaksanakan pekerjaannya,
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam memberikan pelayanan, mereka
dilarang memungut biaya. Sanksi bagi pegawai yang melanggar dapat berupa
teguran tertulis sampai dengan pemberhentian dengan tidak hormat. [2]
Di sisi lain, pegawai pemerintah di
Finlandia termasuk subjek hukum pidana, menurut UU Hukum Pidana. Ada
pasal-pasal khusus yang mengatur perbuatan pegawai pemerintah yang
dikategorikan sebagai melanggar hukum, seperti menerima suap, melakukan
pemerasan, menerima suap sebagai anggota parlemen, membocorkan rahasia jabatan,
dan melanggar kewajiban jabatan.[2]
Dari keberhasilan pemerintah mengungkap dan menangkap kasus
korupsi pun terbilang mendekati nol. Pada tahun 2003,
hanya ada satu kasus penyuapan yang ditangani dan terbukti. Sedangkan tahun
2002, dari dua kasus suap yang ditangani, satu kasus terbukti. Mengingat kasus
korupsi sangat jarang terjadi di Finlandia, pengungkapan kasus korupsi akan
memperoleh liputan yang luas dari media massa. [2]
3.3 Lembaga Anti Korupsi
Di Finlandia, pengendalian administratif
didesentralisasikan ke berbagai institusi pemerintah dan pencegahan korupsi
ditangani oleh beberapa institusi. Ini dilakukan karena pemerintahan setempat
tidak mempunyai lembaga khusus untuk menangani masalah korupsi.
Dalam memerangi korupsi, di Finlandia terdapat The National Audit Office yang mandiri. The National Audit Office bertugas melakukan audit keuangan
dan audit kinerja. Fungsinya seperti BPK di Indonesia. Tugasnya
melakukan audit keuangan dan audit kinerja. Masyarakat dapat menyampaikan
komplain/ keluhan atas berbagai masalah terkait dengan manajemen keuangan
pemerintah, ekonomi publik, atau dugaan penyalahgunaan dana pemerintah.
Adapun peran kunci dalam pemberantasan korupsi dilaksanakan oleh Kepolisian
Nasional, melalui Komisariat Jenderal Polisi Yudisial yang ditetapkan melalui Royal Decree pada 17 Februari 1998. Polisi
Yudisial berada di bawah otoritas Kementerian Kehakiman (Minister of Justice).
Lembaga lain yang berperan dalam
melawan korupsi adalah Criminal
Investigation of Corruption (OCRC) atau Lembaga Investigasi Korupsi. Sayangnya, OCRC melakukan tugas investigasinya hanya jika diminta oleh kejaksaan dan tidak dapat bertindak atas
inisiatif sendiri.
OCRC bertanggung jawab untuk:
1)
Menyelidiki kejahatan yang kompleks dan serius serta pelanggaran
kepentingan publik termasuk korupsi di sektor swasta;
2)
Mendukung brigade polisi peradilan (judicial
police) dalam menyelidiki pelanggaran dan kejahatan tersebut;
3)
mendukung kegiatan dalam kasus menyelidiki pelanggaran yang dilakukan
terkait dengan kontrak pengadaan publik dan subsidi publik. OCRC juga bertugas
mengawasi urusan otorisasi, izin, dan persetujuan yang relatif rawan korupsi,
4)
Mengelola dan memanfaatkan dokumentasi khusus dalam mencegah dan melawan
korupsi.[3]
Dewan Nasional untuk Pencegahan
Kejahatan (Rikoksentorjunta/National
Council for Crime Prevention) juga berperan dalam pencegahan korupsi. NCCP
adalah sebuah otoritas di Finlandia yang mendampingi lembaga negara lain dalam
mengembangkan dan melaksanakan pengukuran spesifik dalam aksi pencegahan
korupsi. [3]
2. KESIMPULAN
Finlandia yang telah mengalami kebangkitan
setelah penjajahan Rusia, mampu membangun negaranya bersih dari korupsi dan
menjadi acuan negara lain dalam memerangi korupsi. Tak lain karena sikap
masyarakat yang memiliki moral dan etika yang baik, diantaranya kejujuran dan
kesederhanaan.
Selain itu peran pemerintah yang netral dan adil
dengan memiliki pegawai berintegritas turut menjadi segi positif membangun
budaya antikorupsi. Ditambah adanya pemerataan pendapatan, kualitas pendidikan
yang sangat baik, tingkat kesejahteraan yang tinggi masyarakatnya membuuat
disparitas ekonomi sangat rendah dan menciptakan masyarakat yang humanis,
religius dan menjauhi korupsi.
Dengan pencapaian inipun, Finlandia juga turut
membantu negara lain untuk memberantas korupsi dengan mendirikan National
Council for Crime Prevention sehingga negara lain dapat mengambil ilmu dan
mengadopsi sistem masyarakat dan pemerintahan Filnandia dalam menyikapi kasis
korupsi.
DAFTAR REFERENSI
[1]
Finlandia >< Indonesia http://freqz.blogspot.com/2006/05/finlandia-indonesia.html
diakses pada 26 Agustus 2013
[2]
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/12/08/budaya-antikorupsi-dari-finlandia/
diakses pada 26 Agustus 2013
[3] Criminal Investigation
of Corruption (OCRC), http://www.iaaca.org/AntiCorruptionAuthorities/ ByCountriesandRegions/F/Finlandjigou/201202/t20120209_801474.shtml, diakses pada 26 Agustus 2013
0 comments:
Posting Komentar