Tidak
ada suatu ilmu pasti tentang bagaimana sistem pajak yang ideal yang dapat
diaplikasikan di seluruh negara. Karena, dalam merumuskan tentang pajak dan
perhitungannya harus ditentukan dengan mempertimbangkan struktur ekonomi,
kapasitasnya untuk mengelola pajak, kebutuhan pelayanan publik, dan berbagai
faktor lainnya.
Namun
demikian, ada beberapa teori yang penting dalam kebijakan pajak, tingkat dan
struktur pajak serta pola perpajakan yang telah berubah dalam beberapa tahun
terakhir yang dapat kita tinjau berdasarkan data yang dikumpulkan selama
beberapa tahun terakhir untuk 168 negara yang ada. Berikut hasil analisis yang
telah dilakukan oleh Tanzi dalam melihat perpajakan dalam kacamata dunia.
1. Tingkat Pajak
Rata-rata,
rasio pajak terhadap PDB -adalah < 20%
dari PDB (18,8%) untuk 168 negara yang telah dilakukan sampel. Bahkan,
ada yang memiliki rasio pajak < 10% di beberapa negara kecil dan semua
berpenghasilan rendah, seperti Myanmar, Guatemala, dan Republik Afrika Tengah.
Seadngkan yang memperoleh >40% dari GDP diantaranya Perancis dan Swedia.
Negara dengan pendapatan sumber daya yang kaya alam, seperti Venezuela dan
Azerbaijan , cenderung memiliki rasio pajak yang lebih tinggi daripada
negara-negara lain yang.
Pendapatan Per kapita
|
Jumlah Negara
|
Kriteria
|
Tax Ratio
|
< USD 1.000
|
89
|
Penghasilan rendah
|
17%
|
USD 1.000 – USD 17.000
|
51
|
Penghasilan menengah
|
22%
|
> USD 17.000
|
24
|
Penghasilan tinggi
|
27%
|
Tabel 1.1 Hasil Studi Kasus Hubungan
antara PDB dengan Tax Ratio oleh Tanzi
2. Struktur Pajak
Cara masing-masing negara dalam
menaikkan pajak juga berbeda-beda. Hal tersebut tergantung pada banyak faktor
seperti struktur ekonomi, sejarah, dan struktur pajak di negara tetangga. Untuk
sampel secara keseluruhan, Pajak Konsumsi dan PPh masing-masing menyumbang
hampir 40% dari total pajak. Dalam kategori pajak konsumsi, PPN dan cukai
masing-masing juga menyumbang sekitar
40% dari jumlah total. Sedangkan sisanya, diperoleh dari pajak impor dan
ekspor.
Struktur pendapatan suatu negara
tampaknya tergantung sampai batas tertentu pada lokasi dan struktur ekonomi. Di
negara berpulau kecil seperti Barbados, misalnya, pajak perdagangan
internasional dapat memainkan peran yang luar biasa penting. Lebih umum, pajak
perdagangan cenderung secara keseluruhan menjadi lebih penting dalam kelompok
berpenghasilan rendah, di mana jumlahnya mencapai 24% dari pendapatan pajak,
dibandingkan dengan hanya 1% pada kelompok berpenghasilan lebih tinggi.
Dari
hasil analisis Tanzi, diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi pendapatan per
kapita, maka semakin besar pula ketergantungan negara dalam penerimaan pajak
dari sektor PPh OP. Sedangkan untuk negara berkembang, justru pajak konsumsilah
yang memiliki peranan lebih penting dibanding PPh OP. Dilihat dalam struktur
pajaknya, negara berpenghasilan rendah cenderung untuk meningkatkan pendapatan
lebih di perbatasan, dimana mereka dapat mengenakan pajak barang impor, ekspor
dan cukai. Sebaliknya, PPN yang cenderung membutuhkan administrasi dan
teknologi yang canggih, lebih diandalkan oleh negara-negara maju.
Adapun kesimpulan dari peneliian Tanzi
ialah setiap negara memiliki tingkat dan struktur pajak yang berbeda. Namun
setidaknya dapat diambil benang merahnya dengan menggolongkan negara tersebut
berdasar PDB. Negara yang tidak memiliki struktur pemerintahan yang efektif
dapat mengembangkan dan menerapkan sistem pajak efektif dan efisien jika mereka
dapat menyediakan kebutuhan rakyat mereka dan mendorong untuk berpartisipasi
secara efektif dalam perekonomian dunia. Sementara globalisasi dapat
menyebabkan konvergensi lebih lanjut dari sistem pajak , bukti sampai saat ini
menunjukkan bahwa ukuran dan struktur perpajakan di sebagian besar negara akan
terus sebagian besar didominasi oleh domestik ketimbang faktor global.
Apa yang Bisa Dilakukan Perpajakan?
Tujuan utama perpajakan adalah untuk
menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membiayai kegiatan sektor publik dalam
cara yang non-inflasi. Dan merupakan hal yang wajar, bahwa setiap orang akan
menghindar dari pajak.
Sehingga diperlukan kebijakan pajak yang baik untuk
meminimalkan biaya-biaya dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
pajak. Dan negara sebaiknya membuat kebijakan pajak
yang juga bertujuan untuk kebijakan publik seperti mencapai distribusi yang
diinginkan pendapatan dan kekayaan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam
skala nasional.
Pada dasarnya, sistem pajak timbul
karena untuk mengungkit pendapatan
negara dalam membiayai roda pemerintahannya. Sehingga dibuatlah bermacam sistem
dan tarif pajak yang mengikat warganya
untuk membayar pajak atas pendapatan maupun konsumsi yang mereka lakukan.
Reformasi pajak yang telah dilakukan di beberapa negara, pada tahap awal sering
meningkatkan biaya penegakan dan kepatuhan namun ke depannya dapat meningkatkan
efisiensi biaya. Karena diharapkan dengan penegakan hukum tersebut, para
pembayar pajak akan patuh dan membayar pajak secara sukarela.
Selain itu, pajak timbul karena alasan
efisiensi ekonomi. Pajak merupakan
sarana untuk mentransfer sumber daya dari pihak swasta untuk kepentingan umum
secara merata dan bukan merupakan biaya ekonomi. Biaya ekonomi terjadi ketika
jumlah sumber daya yang tersedia untuk digunakan masyarakat dikurangi dengan
pajak. Namun ada beberapa komponen dari pajak yang dapat mengurangi jumlah
sumber daya ekonomi, salah satunya ialah biaya pemungutan pajak. Pajak yang
telah terkumpul ke kas negara, akan dikurangi sebesar biaya pemungutan pajak
yang terjadi, misalnya untuk penegakan hukum dan kepatuhan pembayar pajak,
sistem administrasi serta pegawai pemungut pajaknya.
Akan tetapi, pajak tetaplah
mempengaruhi tingkat kesejahteraan individu dan mengurangi efisiensi sumber
daya yang ada. Pajak atas upah dapat mengurangi insentif dalam bekerja.
Misalnya, semakin tingggi tingkat pajak terhadap upah di sektor formal,
menjadikan individu lebih tertarik di sektor informal. Atau individu berusaha
untuk bekerja lebih banyak (lembur) untuk mengimbangi pendapatan yang hilang
karena dipotong pajak. Hal ini menjadikan pajak mempengaruhi keputusan individu
dalam bekerja dan mengurangi potensi output bangsa.
Pendekatan
yang disarankan
Kebijakan pajak yang baik membutuhkan biaya yang tidak perlu meminimalkan perpajakan. Untuk meminimalkan biaya, pengalaman menunjukkan tiga aturan umum: Pertama, dasar pengenaan pajak harus seluas mungkin. Pajak konsumsi dan pajak atas upah berbasis luas, misalnya masih akan mencegah usaha kerja, tetapi pajak tersebut akan meminimalkan distorsi dalam konsumsi barang jika semua atau sebagian besar barang dan jasa dikenakan pajak.
Kebijakan pajak yang baik membutuhkan biaya yang tidak perlu meminimalkan perpajakan. Untuk meminimalkan biaya, pengalaman menunjukkan tiga aturan umum: Pertama, dasar pengenaan pajak harus seluas mungkin. Pajak konsumsi dan pajak atas upah berbasis luas, misalnya masih akan mencegah usaha kerja, tetapi pajak tersebut akan meminimalkan distorsi dalam konsumsi barang jika semua atau sebagian besar barang dan jasa dikenakan pajak.
Kedua, tarif pajak harus ditetapkan
serendah mungkin. Selain itu, pendapatan yang diberikan perlu untuk membiayai
kegiatan pemerintah secara optimal. Alasannya adalah karena biaya efisiensi
pajak muncul dari efeknya pada harga relatif, dan ukuran efek ini secara langsung
berkaitan dengan tingkat pajak.
Ketiga, dari perspektif efisiensi,
sangatlah penting bahwa perhatian diberikan kepada pajak atas produksi. Negara
berkembang dan transisi umumnya perlu untuk menerapkan pajak pada produksi
karena beberapa alasan. Pertama, negara dengan kapasitas administratif yang
terbatas lebih mudah dan lebih murah untuk mengumpulkan pajak cukai dan
penjualan pada titik pembuatan. Kedua, sejauh bahwa pajak merupakan biaya
pelayanan publik yang diberikan kepada bisnis, bisnis harus menanggung biaya,
melalui pajak, untuk layanan tersebut.
Merupakan catatan penting bahwa keadilan
merupakan isu utama dalam merancang sistem pajak. Sistem pajak dapat dilihat sebagai mekanisme
untuk mengambil uang dari sektor swasta dalam rupa efisien, adil dengan
administratif murah mungkin. Namun apa yang dianggap adil oleh satu orang
mungkin berbeda dengan yang lainnya. Secara tradisional, para ahli pajak telah
mendefinisikan keadilan dalam hal ekuitas horizontal dan vertikal. Ekuitas horisontal mencakup pengertian
tentang kemampuan atau kapasitas untuk membayar. Ekuitas vertikal membutuhkan
perbedaan "tepat" antar wajib pajak dalam keadaan ekonomi yang
berbeda.
Kedua
konsep di atas memiliki kelemahannya masing. Konsep
ekuitas horisontal telah ditantang sebagai tidak lengkap, tidak membantu, dan
derivatif. Misalnya, pajak penghasilan sepenuhnya dapat memenuhi persyaratan
ekuitas horisontal hanya jika kita menganggap individu memiliki selera identik
dan satu jenis kemampuan atau pendapatan.Kkonsep ekuitas horisontal
berfokus pada jangka waktu yang singkat, seperti satu tahun, atau gagal
mempertimbangkan dampak dari semua pajak atau mengabaikan pelayanan pemerintah
atau keuntungan lainnya. Konsep ekuitas horisontal juga tidak berguna kecuali
kita dapat menentukan perbedaan penting dan mengapa perbedaan ini membenarkan
perlakuan pajak yang berbeda.
Juga
ada beberapa tentangan mengenai kegunaan konsep ekuitas vertikal dan tentang
apa yang menjadi dasar yang tepat dalam
lapisan perubahan tarif tersebut. Instrumen pajak besar
untuk mencapai progresivitas adalah pajak pendapatan individu dan berbagai
pajak kekayaan (seperti pajak atas real properti, pajak atas aset pribadi, dan
pajak warisan). Tak satu pun dari pajak ini telah sangat efektif di negara
berkembang dalam mengurangi ketimpangan pendapatan. Meskipun struktur
tarif progresif “kurang adil” dalam penetapan tarifnya, akan tetapi struktur
tarif pajak penghasilan yang paling umum menggunakan konsep ini. Konsep dasar
ekuitas vertikal ini menilai pajak atas dasar "kemampuan membayar"
dengan hasil bahwa orang kaya lebih mampu berkontribusi pada pembiayaan
kegiatan pemerintah dibandingkan orang kecil.
Peran
pajak penghasilan
Terdapat beberapa alasan mengapa ada negara berkembang kurang mampu menggunakan sistem pajak untuk redistribusi pendapatan. Pertama, pendapatan dan kekayaan pajak memainkan peran yang relatif kecil dalam struktur pajak negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Di negara Amerika Latin yang datanya tersedia, PPh OP mengumpulkan <1 dari="" pdb="" span="">. 1>Kedua, PPh OP di negara berkembang seringkali hanyalah pemotongan pajak upah. Di banyak negara, pajak atas tenaga kerja di sektor formal terdiri >90% dari total penerimaan pajak pendapatan individu. Artinya, pemerintah kurang menggiatkan penarikan pajak dari kegiatan sektor informal. Ketiga, mungkin saja akan sulit secara politik untuk mengenakan PPh dan pajak kekayaan efektif di banyak negara. Ini mungkin dapat diterima untuk meloloskan peraturan pajak yang ada di teori progresif tetapi dalam prakteknya tidak memaksakan kewajiban pajak yang signifikan pada masyarakat kelas atas.
Terdapat beberapa alasan mengapa ada negara berkembang kurang mampu menggunakan sistem pajak untuk redistribusi pendapatan. Pertama, pendapatan dan kekayaan pajak memainkan peran yang relatif kecil dalam struktur pajak negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Di negara Amerika Latin yang datanya tersedia, PPh OP mengumpulkan <1 dari="" pdb="" span="">. 1>Kedua, PPh OP di negara berkembang seringkali hanyalah pemotongan pajak upah. Di banyak negara, pajak atas tenaga kerja di sektor formal terdiri >90% dari total penerimaan pajak pendapatan individu. Artinya, pemerintah kurang menggiatkan penarikan pajak dari kegiatan sektor informal. Ketiga, mungkin saja akan sulit secara politik untuk mengenakan PPh dan pajak kekayaan efektif di banyak negara. Ini mungkin dapat diterima untuk meloloskan peraturan pajak yang ada di teori progresif tetapi dalam prakteknya tidak memaksakan kewajiban pajak yang signifikan pada masyarakat kelas atas.
Sehingga apa
peran PPh dalam mengembangkan negara? Pertama, tujuan negara adalah pertumbuhan
ekonomi, kasus yang jelas ada untuk PPh badan, jika hanya untuk mengumpulkan bagian
yang adil dari pendapatan bahwa bisnis domestik multinasional dan besar berasal
dari kegiatan ekonomi di negara itu. Hal ini tentu saja benar bahwa dengan
mengenakan tarif PPh atas badan yang berbeda dengan PPh atas orang pribadi, pemerintah
cenderung mencegah operasi bisnis dalam bentuk perusahaan. Tapi mereka juga
harus memastikan bahwa pajak perusahaan tidak begitu tinggi untuk mencegah
pertumbuhan. Pajak penghasilan pribadi berfungsi untuk mengurangi ketimpangan
dalam pendapatan dan kekayaan yang hampir selalu menyertai pertumbuhan.
Selain
itu cara
yang paling efektif
untuk mengurangi ketidaksetaraan di
banyak negara ialah melalui
program belanja pajak ditargetkan pada orang miskin. Misalnya, pengeluaran yang bertujuan untuk meningkatkan
pendidikan dasar atau layanan kesehatan primer mungkin terbukti lebih efektif dalam mengurangi ketidaksetaraan
daripada mencoba untuk mengubah sistem pajak untuk pajak orang kaya. Dalam pendekatan ini, mungkin lebih baik
untuk menggunakan sistem pajak untuk meningkatkan pendapatan sebanyak mungkin tanpa memperhatikan kekhawatiran distribusi dan menggunakan program pengeluaran untuk mentransfer sumber daya.
Administrasi Pajak
Kebijakan pajak terbaik di dunia bernilai sedikit jika tidak dapat dilaksanakan secara efektif. Desain kebijakan pajak harus memperhitungkan dimensi administrasi perpajakan. Desain Pajak di negara berkembang sangat dipengaruhi oleh struktur ekonomi. Banyak negara berkembang memiliki sektor pertanian tradisional yang besar yang tidak dikenakan pajak. Hal ini merupakan sebagian fungsi dari kebijakan pajak. Sumber daya yang digunakan dalam mengelola dan mematuhi pajak) adalah biaya ekonomi riil, dalam hal kemampuan ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa. Kebijakan pajak yang baik membutuhkan biaya tetap seperti serendah mungkin sementara juga mencapai pendapatan, pertumbuhan , dan tujuan distribusi seefektif mungkin. Tiga catatan yang penting untuk administrasi pajak yang efektif: kemauan politik untuk mengelola sistem pajak secara efektif, strategi yang jelas untuk mencapai tujuan ini dan sumber daya yang memadai untuk tugas tersebut. Ketiga hal tersebut sangat membantu jika sistem pajak dirancang dengan baik, sesuai untuk negara yang bersangkutan, dan relatif sederhana, tetapi bahkan yang terbaik sistem pajak yang dirancang tidak akan terlaksana dengan baik kecuali tiga kondisi tersebut terpenuhi.
Seringkali
perhatian negara fokus kepada masalah sumber daya: yang harus memiliki pejabat
terlatih yang memadai, teknologi informasi yang memadai dan sebagainya. Namun,
tanpa implementasi strategi yang telah dibuat, bahkan sumber daya yang memadai
tidak akan menjamin kesuksesan. Dan tanpa dukungan politik yang memadai, bahkan
strategi terbaik tidak dapat secara efektif dilaksanakan. Sayangnya , hanya
sedikit negara yang memiliki pejabat pemerintah yang mendukung total kebijakan
pajak dan reformasi administrasi pajak. Sering, sebuah negara memerlukan
reformasi pajak tersebut sebagai syarat untuk pinjaman. Tidak ada cara ajaib
untuk mendapatkan sistem pajak yang baik tanpa perubahan besar dalam
administrasi dan kebijakan perpajakan.
Administrasi
pajak harus diberikan fungsi kelembagaan yang sesuai, yang mayoritas negara
memiliki otoritas pendapatan terpisah. Tantangannya ialah lembaga tersebut
harus memiliki staf dan pejabat terlatih. Juga harus terorganisasi dengan baik,
yang umumnya berarti struktur organisasi berdasarkan fungsi, bukan berdasar
basis pajak. Komputerisasi dan penggunaan teknologi informasi modern yang
diintegrasikan ke dalam administrasi perpajakan ialah suatu keniscayaan.
Administrasi
pajak yang efektif membutuhkan pegawai pajak yang berkualitas. Otoritas pajak
harus menyediakan pelatihan dan pelatihan kembali staf sesuai kebutuhan.
Otoritas pajak perlu mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk administrasi
yang efektif dari pembayar pajak, pihak ketiga terkait, dan instansi pemerintah
lainnya . Informasi harus disimpan dengan cara yang dapat diakses dan tepat
guna serta dilindungi kerahasiannya. Semua ini mudah untuk dikatakan dan sulit
untuk dilakukan, tapi itu bukan tugas yang mustahil.
Tugas
pertama dari setiap administrasi perpajakan adalah untuk memfasilitasi kepatuhan.
Pertama, wajib pajak harus ditemukan. Jika wajib pajak diharuskan untuk mendaftar, proses pendaftaran harus semudah mungkin. Sistem harus berada di tempat untuk mengidentifikasi mereka yang tidak mendaftar secara sukarela. Otoritas pajak harus mengadopsi sistem identifikasi wajib pajak yang tepat untuk memfasilitasi kepatuhan dan penegakan hukum. Kedua, otoritas pajak perlu proses untuk menentukan kewajiban pajak. Hal ini dapat dilakukan secara administratif atau melalui prosedur penilaian kepatuhan. Ketiga, pajak harus dikumpulkan dalam satu akun melalui sistem perbankan. Sehingga, otoritas pajak harus menyediakan layanan wajib pajak yang memadai dalam bentuk informasi, pamflet, fasilitas pembayaran, telepon dan pengajuan elektronik, dll untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan sistem semudah mungkin. Pendekatan ini didasarkan pada mengobati wajib pajak sebagai klien ( meskipun tidak satu bersedia ) untuk dilayani dan bukan pencuri ditangkap.
Pertama, wajib pajak harus ditemukan. Jika wajib pajak diharuskan untuk mendaftar, proses pendaftaran harus semudah mungkin. Sistem harus berada di tempat untuk mengidentifikasi mereka yang tidak mendaftar secara sukarela. Otoritas pajak harus mengadopsi sistem identifikasi wajib pajak yang tepat untuk memfasilitasi kepatuhan dan penegakan hukum. Kedua, otoritas pajak perlu proses untuk menentukan kewajiban pajak. Hal ini dapat dilakukan secara administratif atau melalui prosedur penilaian kepatuhan. Ketiga, pajak harus dikumpulkan dalam satu akun melalui sistem perbankan. Sehingga, otoritas pajak harus menyediakan layanan wajib pajak yang memadai dalam bentuk informasi, pamflet, fasilitas pembayaran, telepon dan pengajuan elektronik, dll untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dengan sistem semudah mungkin. Pendekatan ini didasarkan pada mengobati wajib pajak sebagai klien ( meskipun tidak satu bersedia ) untuk dilayani dan bukan pencuri ditangkap.
Tentu saja, pasti
ada beberapa pembayar pajak tidak jujur. Maka tugas penting kedua adalah untuk mengurangi penggelapan pajak. Di
beberapa negara besar, banyak wajib pajak yang melaporkan dan membayar pajak
mereka jauh di bawah keadaan yang sebenarnya. Sehingga otoritas pajak perlu mengalokasikan sumber dayanya untuk
meningkatkan pengumpulan pajak dan untuk memastikan semua bagian masyarakat menanggung
adil dari beban pajak. Perhatian juga diarahkan untuk memastikan bahwa mereka
yang ada di sistem tersebut membayar hutang pajak mereka secepat mungkin. Beban
bunga harus dikenakan pada keterlambatan pembayaran untuk memastikan bahwa pembayaran
pajak merupakan kewajiban yang tak seharusnya ditunda. Hukuman tersebut diperlukan
untuk memastikan bahwa mereka patuh terhadap aturan pajak dan mengurangi
tingkat penggelapan pajak.
Tugas utama
ketiga adalah menjaga administrasi pajak
yang jujur. Tidak ada pemerintah dapat mengharapkan pembayar pajak untuk rela
membayar pajak jika wajib pajak tidak percaya terhadap otoritas pajak atau
bahwa pendapatan yang dikumpulkan tidak efektif digunakan. Bahkan struktur
pajak yang sehat dan sistem pajak yang baik dapat dirusak oleh otoritas pajak
yang korup.
Petugas
pajak harus mendapatkan kompensasi yang cukup sehingga mereka tidak perlu
mencuri untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Mereka harus terlatih secara
profesional, dipromosikan berdasarkan prestasi, dan dinilai dengan standar
ketat legalitas dan moralitas. Petugas pajak juga harus memiliki kontak
langsung dengan wajib pajak yang sedikit.
Kegagalan
untuk mengembangkan administrasi perpajakan yang baik dan kebijakan pajak yang
baik bersama-sama telah menjadi masalah tertentu di beberapa negara transisi.
Di Rusia, misalnya, ada masalah serius dengan sistem PPN dan kurangnya pengalaman
administrasi dan kapasitas. UU PPN disana kala itu, tidak ada kewajiban pajak
yang jatuh tempo pada saat pinjaman dibuat dari satu bisnis yang lain. Dengan
demikian, pembeli akan mengklaim telah membuat pinjaman yang tidak pernah
dilunasi (dan sebenarnya pembayaran untuk barang) kepada pemasok dan tidak ada
pajak telah jatuh tempo. Hasilnya adalah kerugian yang signifikan dari
pendapatan.
Perpajakan dan Desentralisasi
Mereformasi struktur pajak umumnya sulit di negara manapun. Bahkan negara yang berhasil dalam reformasi struktur dan administrasi pajak mungkin masih gagal untuk menuai manfaat yang diharapkan. Salah satu alasan pentingnya peningkatan hubungan fiskal antar pemerintah karena desentralisasi semakin penting di banyak negara, tak terkecuali dalam hal fiskal (Litvack, Ahmad, dan Bird, 1998). Beberapa negara mengantisipasi bahwa pelayanan yang lebih baik akan menghasilkan karena tuntutan dan kebutuhan penduduk yang beragam dapat dilayani secara lebih efektif oleh pejabat setempat yang memiliki informasi yang lebih baik pada apa yang orang inginkan.
Mereformasi struktur pajak umumnya sulit di negara manapun. Bahkan negara yang berhasil dalam reformasi struktur dan administrasi pajak mungkin masih gagal untuk menuai manfaat yang diharapkan. Salah satu alasan pentingnya peningkatan hubungan fiskal antar pemerintah karena desentralisasi semakin penting di banyak negara, tak terkecuali dalam hal fiskal (Litvack, Ahmad, dan Bird, 1998). Beberapa negara mengantisipasi bahwa pelayanan yang lebih baik akan menghasilkan karena tuntutan dan kebutuhan penduduk yang beragam dapat dilayani secara lebih efektif oleh pejabat setempat yang memiliki informasi yang lebih baik pada apa yang orang inginkan.
Tidak ada
definisi tunggal desentralisasi pendapatan pajak . Tingkat desentralisasi dapat
diringkas dalam empat faktor: kepemilikan penerimaan pajak, pilihan basis pajak,
pilihan tarif pajak, dan administrasi pajak. Kepemilikan Pendapatan diperlukan
jika penerimaan pajak harus dilihat sebagai desentralisasi, namun kepemilikan
biasanya tidak cukup untuk melihat pajak sebagai desentralisasi. Pendapatan
paling baik dilihat sebagai hibah jika pemerintah daerah hanya memiliki kepemilikan
pendapatan, karena tingka , dasar dan administrasi berada di tingkat nasional.
Dari
perspektif akuntabilitas ekonomi dan politik , elemen yang paling penting dari
desentralisasi fiskal adalah bahwa pemerintah lokal atau regional yang
diizinkan untuk menentukan tarif pajak yang mereka bertanggung jawab secara
politik, dan bahwa pajak ini cukup penting untuk meningkatkan pendapatan mereka
dalam membiayai program pemerintahan. Sehingga masing-masing daerah memiliki pengetahuannya
masing-masing dalam melihat potensi pajak di daerahnya. Kelemahannya ialah,
semakin tingginya biaya pemungutan karena terdapat dua level otoritas pajak
serta akan memungkinkna terjadinya pajak berganda antara otoritas pajak pusat
dengan yang terjadi di daerah.
Menggunakan sistem pajak untuk
tujuan non-pajak
Sistem pajak dapat digunakan untuk mendorong atau menghambat kegiatan tertentu. Misalnya, pajak dapat digunakan untuk mengoreksi kegagalan pasar, seperti eksternalitas positif atau negatif . Eksternalitas ada apabila harga pasar gagal untuk mencerminkan semua manfaat atau biaya yang terkait dengan kegiatan. Eksternalitas negatif klasik adalah polusi. Pemerintah bisa mengatur aktivitas swasta dengan memberikan aturan perilaku dan hukuman bagi swasta yang gagal dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Sistem pajak dapat digunakan untuk mendorong atau menghambat kegiatan tertentu. Misalnya, pajak dapat digunakan untuk mengoreksi kegagalan pasar, seperti eksternalitas positif atau negatif . Eksternalitas ada apabila harga pasar gagal untuk mencerminkan semua manfaat atau biaya yang terkait dengan kegiatan. Eksternalitas negatif klasik adalah polusi. Pemerintah bisa mengatur aktivitas swasta dengan memberikan aturan perilaku dan hukuman bagi swasta yang gagal dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Alternatif
lain adalah dengan menggunakan sistem pajak sebagai alat untuk mengoreksi
eksternalitas . Pajak atas polusi dapat memperbaiki kegagalan pasar dengan
mengharuskan polusi perusahaan untuk menanggung biaya polusi. Selain itu, pajak
cukai tembakau, alkohol , dan bensin untuk kendaraan bermotor mungkin berusaha
untuk mengurangi penggunaan produk ini dengan memberlakukan biaya tambahan yang
mencerminkan beberapa atau semua eksternalitas negatif yang dihasilkan oleh
produk ini.
Negara juga menggunakan
ketentuan pajak untuk mendorong tabungan pensiun, investasi modal, kepemilikan
rumah, dan sejumlah kegiatan lain yang mungkin atau mungkin tidak memiliki
unsur kegagalan pasar. Para pembuat kebijakan sering dapat memilih antara
subsidi aktivitas langsung seperti hibah atau tidak langsung melalui sistem
pajak.
0 comments:
Posting Komentar